Pages

Senin, 01 Oktober 2012

IED BERTEPATAN DENGAN HARI JUMAT (BAGIAN II)


Kedua, Zaid bin Arqam

عَنْ إِيَاسِ بْنِ أَبِي رَمْلَةَ الشَّامِي قَالَ : شَهِدْتُ مُعَاوِيَةَ يَسْأَلُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ : أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ ؟ قَالَ نَعَمْ ، قَالَ : فَكَيْفَ صَنَعَ ؟ قَالَ : صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمْعَةِ فَقَالَ : مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ
Dari Iyas bin Abu Ramlah Asy-Syamiy, ia berkata, “Aku menyaksikan Muawiyah bertanya kepada Zaid bin Arqam, ‘Apakah engkau bersama Rasulullah saw. pernah menyaksikan dua ied pada hari yang sama?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana beliau berbuat?’ Ia menjawab, ‘Beliau shalat ied, kemudian menetapkan rukhsah pada shalat Jumat, yaitu beliau bersabda, ‘siapa yang akan salat Jum’at, maka lakukanlah.”

Takhrij (penelusuran sumber) Hadis

Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Ahmad (Al-Musnad, IV:372, No. hadis 19.337), Abu Dawud (Sunan Abu Dawud, I:281, No. 1070), An-Nasai (Sunan An-Nasai, III:194, No. 1591, As-Sunan Al-Kubra, I:551, No. 1793), Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah, I:415, No. hadis 1310), Ibnu Khuzaimah (Shahih Ibnu Khuzaimah, II:359, No. 1464), At-Thabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir, V:209, No. 5120), Al-Hakim (Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain, I:425, No. 1063), Abu Dawud At-Thayalisi (Musnad At-Thayalisi, I:94, No. hadis 685), Ad-Darimi (Sunan Ad-Darimi, I:459, No. 1612), Al-Baihaqi (As-Sunan Al-Kubra, III:317, No. hadis 6080), Ibnu Abu Syaibah (Al-Mushannaf, II:8, No. hadis 5846), dengan sedikit perbedaan redaksi, melalui jalur periwayatan yang sama, yaitu rawi Israil. Ia menerima dari Usman bin Al-Mughirah. Ia menerima dari Iyas bin Abu Ramlah As-Syamiy. Ia menerima dari Zaid bin Arqam, dari Nabi saw.
Dalam riwayat An-Nasai dengan redaksi:
نَعَمْ صَلَّى الْعِيدَ أَوَّلَ النَّهَارِ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ
Kata Zaid bin Arqam, “Benar, beliau shalat ied pada awal siang, lalu beliau memberikan rukhsah pada shalat Jumat.”

Dalam riwayat Ahmad dengan tambahan redaksi:
نَعَمْ صَلَّى الْعِيدَ أَوَّلَ النَّهَارِ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ فَقَالَ مَنْ شَاءَ أَنْ يُجَمِّعَ فَلْيُجَمِّعْ
“Benar, beliau shalat ied pada awal siang, lalu beliau memberikan rukhsah pada shalat Jumat, beliau bersabda, ‘Siapa yang akan shalat Jumat, maka lakukanlah’.”

Kedudukan Hadis

Imam Al-Hakim berkata:
هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ قَالَ: وَلَهُ شَاهِدٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ
“Hadis ini shahih sanadnya dan keduanya (Al-Bukhari-Muslim) tidak meriwayatkannya. Dan hadis ini memiliki syahid (hadis lain sebagai penguat) yang memenuhi criteria shahih Muslim.”
Selanjutnya, ia menyebutkan riwayat Abu Huraerah.

Al-Atsram berkata:
سُئِلَ أَبُو عَبْدِ اللهِ - يَعْنِي أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ - عَنِ الْعِيدَيْنِ يَجْتَمِعَانِ فِي يَوْمٍ (وَاحِدٍ) فَذَكَرَ هَذَا الحَدِيْثَ
“Abu Abdullah—yakni Ahmad bin Hanbal—ditanya tentang dua ied yang bertemu di hari yang sama, maka ia menyebutkan hadis ini.”

Ibnul Jawzi berkata:
هَذَا حَدِيْثٌ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ
“Ini adalah hadis yang dapat dipercaya.”
Dalam karyanya yang lain, ia berkata:
إِنَّهُ أَصَحُّ مَا فِي الْبَابِ
“Sesungguhnya hadis itu merupakan yang paling shahih dalam topic itu.”

An-Nawawi berkata:
إِسْنَادُهُ حَسَنٌ
“Sanadanya hasan.” (Lihat, Al-Badr Al-Munir fi Takhrij Al-Ahadits wa Al-Atsar Al-Waqi’ah fi Asy-Syarh Al-Kabir, V:99-100)

Komentar para ulama di atas menunjukkan bahwa derajat hadis ini shahih, atau paling tidak hasan, yaitu dibawah derajat shahih, namun hadisnya dapat dijadikan hujjah.

Meski demikian terdapat sebagian ulama yang mendhaifkan hadis tersebut dengan dua alasan:
Pertama, terdapat rawi Iyas bin Abu Ramlah, ia dinilai dhaif karena majhul hal (tidak dikenal identitasnya dan punya murid lebih dari satu orang).
Kata Ibnul Qathan:
إِنَّه مَجْهُول الْحَال
“Sesungguhnya dia majhul hal.”
Dan ketika Ibnul Mundzir menyebutkan hadis ini, ia berkata, “Sesungguhnya hadis itu tidak tsubut (kuat) dan sungguh Iyas bin Abu Ramlah majhul.”

Kedua, terdapat rawi Israil bin Yunus bin Abu Ishaq As-Sabi’i, yang menerima dari Usman bin Al-Mughirah, dari Iyas.
Kata Ibnu Hazm:
لَيْسَ بِالْقَوِيّ وَلَا يَصح وَإِسْرَائِيل هَذَا من رجال «الصَّحِيحَيْنِ» وَبَاقِي الْكتب السِّتَّة وَوَثَّقَهُ أَحْمد وَأَبُو حَاتِم وَغَيرهمَا وَعَن ابْن الْمَدِينِيّ تَضْعِيفه
“Ia (Israil) tidak kuat dan tidak shahih. Dan Israil ini termasuk dari para rawi Shahih Al-Bukhari-Muslim dan kitab-kitab induk hadis lainnya. Dia dinilai tsiqah (kredibel) oleh Ahmad, Abu Hatim dan lain-lain, namun Ibnul Madini menilainya sebagai rawi yang dhaif.” (Lihat, Al-Badr Al-Munir fi Takhrij Al-Ahadits wa Al-Atsar Al-Waqi’ah fi Asy-Syarh Al-Kabir, V:100)

Sehubungan dengan penilaian dhaif dari sebagian ulama di atas, Syekh Al-Albani memberikan penjelasan sebagai berikut:
(قلت: حديث صحيح، وصححه ابن المديني والحاكم والذهبي) إسناده: حدثنا محمد بن كثير: أخبرنا إسرائيل: ثنا عثمان بن المغيرة عن إياس بن أبي رملة.
قلت: وهذا إسناد رجاله كلهم ثقات رجال الشيخين؛ غير إياس بن أبي رملة؛ فهو مجهول، كما قال الحافظ. لكن الحديث صحيح بشواهده الآتية في الكتاب.
والحديث أخرجه الطيالسي في "مسنده " (1/ 145/704) قال: حدثنا إسرائيل... به.
وأخرجه النسائي (1/235) ، والدارمي (1/378) ، وابن ماجه (1/393) ، والطحاوي في "المشكل " (2/53) ، والحاكم (1/ول 2) ، والبيهقي (3/317) ، وأحمد 4/372) من طرق أخرى عن إسرائيل... به. وقال الحاكم:صحيح الإسناد ووافقه الذهبي مع أنه أورد إياساً هذا في "الميزان " بهذا الحديث، وقال: قال ابن المنذر: لا يثبت هذا؛ فإن إياساً مجهول. وقال ابن القطان: هو كما قال. وتبعهم الحافظ كما سبق. وأما ابن حبان؛ فذكره في الثقات وصحح حديثه ابن الديني، كما في "التلخيص " (2/88) ؛ وهو صحيح كما ذكرنا.
 “Menurut saya, ini adalah hadis yang shahih. Dan hadis itu telah dishahihkan oleh Ibnul Madini dan Al-Hakim serta disetujui oleh Adz-Dzahabi. Adapun sanadnya: Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami. Ia berkata, ‘Israil telah mengabarkan kepada kami.’ Usman bin Al-Mughirah telah menceritakan kepada kami, dari Iyas bin Abu Ramlah. Menurut saya, dan ini sanad hadis yang para rawinya semuanya tsiqat (kredibel), para rawi Al-Bukhari-Muslim, selain Iyas bin Abu Ramlah, maka dia majhul, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar, namun hadis itu shahih berdasarkan syawahid (sejumlah hadis penguat) yang akan datang dalam kitab tersebut. Hadis yang dimaksud riwayat Ath-Thayalisi dalam Musnad-nya (I/145/704). Ia berkata, “Israil menceritakan kepada kami…dengannya. Diriwayatkan pula oleh An-Nasai (1/235), Ad-Darimi (1/378), Ibnu Majah (1/393), Ath-Thahawi dalam Musykil Al-Atsar (2/53), Al-Hakim, Al-Baihaqi (III:317), Ahmad (IV:372) melalui beberapa jalan lainnya dari Israil…Dan Al-Hakim berkata, “Sahih Sanad.” Dan disetujui oleh Adz-Dzahabi di samping ia sendiri mencantumkan rawi Iyas dalam kitabnya Mizanul I’tidal dengan hadis ini. Ia berkata, ‘Ibnul Mundzir berkata, “Hadis ini tidak tsabit (kokoh), karena Iyas majhul.’ Ibnul Qathan berkata, “Ia (Iyas) sebagaimana dikatakan olehnya (Ibnul Mudzir). Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar mengikuti penilaian mereka sebagaimana keterangan terdahulu. Adapun Ibnu Hibban telah menerangkannya dalam kitabnya Ats-Tsiqat. Dan hadis itu  dinyatakan shahih oleh Ibnul Madini sebagaimana tercantum pada kitab At-Talkhish (2/88), dan hadis itu shahih sebagaimana telah kami tertangkan.” (Lihat, Shahih Sunan Abu Dawud, IV:236-237)

Berdasarkan penjelasan Syekh Al-Albani di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hadis tentang Iedul fitri jatuh pada hari Jumat—yang bersumber dari Zaid bin Arqam—derajatnya shahih atau paling tidak hasan, yaitu dibawah derajat shahih, namun hadisnya dapat dijadikan hujjah.

Tidak ada komentar: