Pages

Senin, 01 Oktober 2012

IED BERTEPATAN DENGAN HARI JUMAT (BAGIAN III-TAMAT)


Ketiga, Ibnu Umar

عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ : اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ , فَصَلَّى بِالنَّاسِ ، ثُمَّ قَالَ : مَنْ شَاءَ أَنْ يَأْتِيَ الْجُمُعَةَ فَلْيَأْتِهَا ، وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتَخَلَّفَ فَلْيَتَخَلَّفْ
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Telah bersatu dua ied pada zaman Rasulullah saw. maka beliau shalat mengimami orang-orang, lalu beliau bersabda, ‘Siapa yang akan melaksanakan shalat Jum’at maka datanglah, dan siapa yang akan meninggalkannya (tidak melaksanakannya), maka tinggalkanlah’.”  

Takhrij (penelusuran sumber) Hadis

Hadis di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah, I:416, No. hadis 1312), Ibnu ‘Addiy (Al-Kamil fi Dhu’afa` Ar-Rijal, IV:468), Ibnul Jawziy (Al-‘Ilal Al-Mutanahiyyah, I:469), dan Ath-Thabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir, XII:435, No. hadis 13.591). Riwayat Ath-Thabrani dengan redaksi:

اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ فِطْرٍ وَجُمْعَهٌ فَصَلَّى بِهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاةَ الْعِيدِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ:يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ قَدْ أَصَبْتُمْ خَيْرًا وَأَجْرًا وَإِنَّا مُجْمِعُونَ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُجْمِعَ مَعَنَا فَلْيُجْمِعْ وَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ فَلْيَرْجِعْ
“Dua ied berkumpul pada masa Rasulullah saw. yaitu Iedul fitri dan Jumat, maka beliau salat Ied mengimami mereka, kemudian beliau mengahadap mereka, lalu berkhutbah, ‘Wahai orang-orang, kalian telah memperoleh kebaikan dan pahala, dan sesungguhnya kami akan melaksanakan shalat Jumat, maka siapa yang akan melaksanakan salat Jum’at bersama kami, datanglah, dan siapa yang akan kembali kepada keluarganya (tidak melaksanakannya), maka kembalilah’.”

Seluruh jalur periwayatannya melalui rawi Jubarah bin Al-Mughallis. Ia menerima dari Mindal bin Ali, dari Abdul Aziz bin Umar, dari Nafi, dari Ibnu Umar.

Kedudukan Hadis

Sebagian ulama menyatakan bahwa hadis ini dhaif dengan dua alasan:
Pertama, terdapat rawi Jubarah bin Al-Mughallis, ia dinilai dhaif karena kadzdab (pendusta). Kata Ibnu Ma’in, “Dia kadzdab.”
Kata Imam Ahmad:
أَحَادِيْثُهُ كُذَّبٌ أَوْ مَوْضُوْعَةٌ
“Hadis-hadisnya dusta atau palsu.”
Kata Ad-Daraquthni, “Dia matruk (tertuduh dusta).” (Lihat, Mizan Al-I’tidal, I:387; Tahdzib At-Tahdzib, II:58)

Kedua, terdapat rawi Mindal bin Ali.
Dia telah dinilai dha’if oleh Ahmad, Ibnu Ma’in, Ibnul Madini, Abu Zur’ah, An-Nasai dan Ad-Daraquthni. (Lihat, Mizan Al-I’tidal, IV:180; Tahdzib At-Tahdzib, X:298)
Kata Ibnul Jawzi:
وَهذَا لاَ يَصِحُّ ، مِنْدَلُ بْنُ عَلِيٍّ ضَعِيْفٌ جِدًّا وَأَمَّا جُبَارَةُ فَلَيْسَ بِشَيْئٍ
“Dan hadis ini tidak shahih, Mindal bin Ali sangat dha’if. Adapun Jubarah tidak bernilai sama sekali.” (Lihat, Al-‘Ilal Al-Mutanahiyyah, I:469)

Imam Al-Bushiri berkata
إِسْنَادُهُ ضَعِيْفٌ لِضَعْفِ جُبَارَةَ وَ مِنْدَلَ
“Sanadnya dha’if karena kadha’ifan Jubarah dan Mindal.” (Mishbah Az-Zujajah fi Zawa`id Ibn Majah, I:155)

Adapun riwayat Ath-Thabari dinilai dhaif karena pada sanadnya terdapat rawi Sa’id bin Rasyid As-Sammak. Menurut Imam Al-Bukhari, “Dia munkar al-Hadits.” Menurut Yahya bin Ma’in, “Dia laisa bisya`in (tidak bernilai sama sekali).” An-Nasai berkata, “Dia matruk.” Kata Ibnul Jawzi, “Hadis ini tidak shahih.” (Lihat, Al-Badr Al-Munir fi Takhrij Al-Ahadits wa Al-Atsar Al-Waqi’ah fi Asy-Syarh Al-Kabir, V:104-105)

Berdasarkan penilaian para ulama di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hadis tentang Iedul fitri jatuh pada hari Jumat—yang bersumber dari Ibnu Umar—derajatnya dha’if secara sanad, namun secara matan (kandungan hadis) berderajat shahih, karena sesuai dengan periwayatan dua shahabat lainnya yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya.

Sehubungan dengan itu, Imam Al-Bushiri berkata:
إِسْنَادُهُ ضَعِيْفٌ لِضَعْفِ جُبَارَةَ وَ مِنْدَلَ وَلَهُ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيْثِ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَوَاهُ النَّسَائِي فِي الصُّغْرَى وَرَوَاهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ وَقَالَ هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ
“Sanadnya dha’if karena kadha’ifan Jubarah dan Mindal, dan hadis itu mempunyai syahid (penguat) dari hadis Zaid bin Arqam riwayat An-Nasai dalam kitab Sunan-nya dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak dari hadis Abdullah bin As-Sa`ib, dan ia berkata, ‘Hadis ini shahih sesuai syarat Al-Bukhari-Muslim.” (Lihat, Mishbah Az-Zujajah fi Zawa`id Ibn Majah, I:155)

Demikian pula penilaian Syekh Al-Albani, meskipun yang dijadikan syahidnya adalah hadis Ibnu Abas sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ إِجْتَمَعَ عِيْدَانِ في يَوْمِكُمْ هذَا فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ إِنْ شَاءَ اللهُ
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, “Sungguh telah bersatu dua ied pada hari ini, maka siapa yang mau (tidak melaksanakan shalat Jum’at), maka shalat ied ini mencukupkan dari (shalat) Jum’at, dan sesungguhnya kami akan melaksanakan shalat Jum’at, insya Allah.” (Lihat, Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah, III:311-312)

Dari berbagai penjelasan yang telah disampaikan dari awal (bagian I) hingga akhir, dapat diambil kesimpulan bahwa hadis tentang Iedul fitri jatuh pada hari Jumat—yang bersumber dari beberapa shahabat—derajatnya shahih, atau paling tidak hasan, yaitu dibawah derajat shahih, namun hadisnya dapat dijadikan hujjah.

Adapun fiqih atau pemahaman terhadap kandungan hadis itu akan disampaikan pada pembahasan terpisah, insya Allah.

Tidak ada komentar: