Pages

Senin, 18 Januari 2010

Fikih Musibah

Betapa banyak kejadian dan musibah yang kita alami dalam kehidupan di dunia ini. Sayangnya, sangat sedikit di antara kita yang mau mengambil i'tibar (pelajaran). Terkadang kejadian dan musibah itu tiba-tiba datangnya, tanpa diduga. Sehingga hal ini sering kali membuat manusia bertekuk lutut dan tidak berdaya, bahkan sebagian manusia berani melakukan hal-hal yang menyimpang jauh dari kebenaran dalam menghadapinya.
Hanya orang-orang mukmin yang ternyata tetap bersabar dalam menghadapi musibah, ujian, dan cobaan, karena mereka selalu melekatkan kehidupannya dengan iman, dan berpegang teguh pada salah satu rukunnya --yaitu iman kepada qadha dan qadar-Nya. Semua yang menimpa mereka terasa sebagai sesuatu yang ringan, sementara lisan mereka --jika menghadapi musibah-- senantiasa mengucapkan: "sesungguhnya kita berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kita kembali".


Begitulah kehidupan dunia yang selalu silih berganti. Kadangkadang manusia tertawa dan merasa lapang dada, tetapi dalam sekejap keadaan dapat berubah sebaliknya. Oleh karenanya tidak ada sikap yang lebih baik kecuali berlaku sabar dan berserah diri kepada-Nya, sebagaimana firman Allah SWT berikut:
وَبَشِّرْ الصَّابِرِينَ # الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"... Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar; (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapLan 'Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un.'" (al-Baqarah: 155-156)
Dalam konteks fiqih, berbagai musibah dan kejadian itu tidak sedikit memunculkan persoalan baru dalam kaitannya dengan fiqih, misalnya karena terjadi bencana alam yang merengut banyak korban kematian, maka muncul beberapa persoalan, antara lain:
a. Bagaimana Pemeliharaan Mayit Korban Bencana
b. Berapa lama masa iddah istri korban bencana, yang tidak diketahui rimbanya, apakah sudah wafat atau belum.
c. jika di antara mereka ada yang mempunyai keturunan, tentu berpengaruh pula terhadap status kewarisannya

Barangkali inilah berbagai persoalan hukum fiqih yang terkait dengan bencana dalam kehidupan ini. Namun karena keterbatasan media, maka yang disoroti secara khusus dalam makalah adalah pemeliharaan mayit korban bencana itu. Sedangkan perkara lainnya akan disampaikan secara lisan, itupun seandainya waktu memungkinkan.

Islam memandang alam dengan sangat serius. Sebagian besar Alquran membahas alam, baik langung maupun tak langsung. Hakikat alam ditentukan oleh 5 prinsip:

1. Profanitas
Bagi Islam alam adalah fana. Dalam dirinya alam itu baik, namun dng rujukan pada apa yang dapat dilakukan manusia terhadap alam, atau bagaimana manusia bersikap alam, maka alam dapat bersikap baik dan jahat.

2. Keterciptaan
Alam dalam Islam adalah makhluk Allah, yang diciptakan dari ketiadaan dengan perintah Allah semata. Langit, bumi, serta semua yang ada didalamya akan mengalami kemusnahan di bawah semua relativitas ruang dan waktu (Q.s. 11:7)

3. Keteraturan
Islam memandang alam sebagai bidang yang teratur. Peristiwa yang terjadi sebagai hasil dari sebabnya. Pada gilirannya, kejadiannya merupakan sebab dari peristiwa lain. Peristiwa serupa menunjuk pada sebab yang sama, dan sebab yang sama menunjuk pada konsekuensi yang sama (Q.s. 65:3; 36:12)
Alam merupakan suatu sistem sebab dan akibat yang lengkap dan integral yang tidak bercacat, tak berjurang, yang dibentuk dengan sempurna oleh penciptanya. (Q.s. 67:3-4)
Kesempurnaan ini akan menyifati alam selama alam ini ada; karena ciptaan Allah akan selalu sama. Alasannya adalah bahwa pola-pola Allah itu bersifat abadi (Q.s. 48:23). Allah tak mengubah cara-Nya karena Dia tidak berubah.

4. Bertujuan
Tiap objek yang membentuk alam ada tujuan yang harus dan akan dipenuhi. Allah menciptakan segala sesuatu dan memberinya kadar, ukuran, takdir, dan peran (Q.s. 25:2; 87:3)
Islam menyatakan manusia sebagai tujuan dari semua rantai finalistik alam. Ini membentuk antar ketergantungan ekologis manusia dengan semua yang ada di alam.

5. Ketundukan
Allam ditundukan Allah terhadap manusia karena ada tujuan yang dilekatkan oleh Allah pada tiap objek akhirnya membawa pada kebaikan bagi manusia, yakni manusia dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan kebahagiaan. Ini juga berarti bahwa Allah menjadikan alam dapat dibentuk, dapat menerima kemampuan kausal manusia. Allah menjadikan Alam dapat menjaga benang-benang kausalnya terbuka untuk penentuan lebih lanjut oleh manusia, sehingga berhasil atau tidak berhasil dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan dari suatu tindakan manusia. Inilah yang diungkap oleh Alquran melalui gagasan taskhir.



Sejarah Gempa Jazirah
Tradisi Arab hidup dengan kenangan bencana dengan hancurnya bendungan besar di Ma’rib, Kerajaan Saba di Arabia Barat daya pada abad V masehi, yang menyebabkan kehancuran besar dan malapetaka bagi penduduknya.

Tidak ada komentar: